Senin, 20 Oktober 2008

DETIK-DETIK KELAHIRAN GENERASI


Semua orang tua sudah semestinya menginginkan kelahiran anak untuk meneruskan keturunanya. Dan saya sebagai seorang suami betul-betul merasakan sayang kepada istri saat mengandung keturunan kami, apalagi saat perutnya membuncit tanda kelahirannya semakin dekat saya bertambah sayangnya kepada istri. Rela untuk tidak pergi jauh-jauh darinya karena kita tidak pernah tahu kapan persisnya bayi kita akan lahir. Kalau sang istri mulai mulas-mulas maka rasa takut bertambah gembira dicampur dag-dig-dug saja yang ada, maklumlah kehamilan pertama dan tentunya menunggu kelahiran pertama.

Suatu pagi kira-kira... pukul 08:30 istriku merasa mulas seperti ingin BAB (Buang Air Besar), tidak seperti biasanya. Saya juga tidak seperti biasanya, sangat serius memijit-mijit kakinya –walaupun bukan kakinya yang sakit--, “de.. mau ke RB (Rumah Bersalin)?” kataku karena sudah sangat bingung tidak bisa meredakan rasa sakit istri. “sebentar dulu mas, biar kutahan dulu” jawab istriku luar biasa, sudah begitu hebatnya menahan rasa sakit sakit yang dating berbaris. Ternyata istriku masih ragu karena usia kehamilannya baru 38 minggu. (matangnya usia kehamilan adalah 38 minggu, bagus lahir saat 40 minggu/biasanya dokter menentukan hari lahir bayi) walaupun sudah layak untuk lahir tetapi istriku tidak begitu yakin.

“auw… ya Allah..” lagi istriku mengerang. “ade.. ayo kita ke RB saja” aku meminta, “iya mas… nanti kalau sudah reda sakitnya”
Bergegas kami menuju ke RB dengan sepeda motor, tentunya dengan suangat hati-hati, tepatnya juga dengan sangat susah saya mengendarainya, kalau pelan, istriku sudah tidak tahan menahan rasa sakit di atas kendaraan, penginnya cepat sampai, kalau cepet saya mengendarai sepda motornya jelas sangat menyiksa dengan jalan aspal yang tidak halus (tolong dong pemerintah kalau nambal jalan yang halus, minimal sama dengan jalan yang ditambal, bukannya tambah benjal-benjol).

Ketika sudah didampingi bidan di RB, saya agak reda (sementara), bidan mengatakan baru pembukaan 3 (hasil VT/Vaginatuse), masih 7 lagi, “mau pilih kamar mana?” Tanya bidan. Aku pilih yang kamar mandi di dalam, “yang ini 1.700.000/4 hari kalau lahir normal” terang bidan sambil menunjukkan kamarnya. Ya Tuhan untuk melahirkan di RB di pinggiran kota kecil saja sudah sedemikian mahalnya, apalagi di kota besar yang fasilitasnya lebih lengkap? Kenapa juga harus 4 hari? Ah tau ah itu urusan manajemen RB.

Lagi, istriku menjerit-jerit karena sakit mendorong perut bawahnya, aku sangat serius mempedulikannya, tidak dengan bidan (ma’af). Sementara aku memperhatikan istri yang sedang mengerang, sang bidan senior dengan asyiknya telepohon dengan keras dan ketawa-tawa, sementara bidan yunior yang memegangi istriku sambil asyik main SMS, mungkin bagi mereka melihat proses kelahiran adalah biasa-biasa saja yang sering merka jumpai, mendengar teriakan karena sakit juga biasa mereka dengar, tapi tidak bagi aku yang baru akan memiliki seorang bayi, bayi yang diidamkan lahir dengan selamat, begitu juga dengan keselamatan bundanya… kenapa mereka seakan tidak pedul… bidan tolong istriku dong…. Dia mau melahirkan jam berapa? “masih lama mas baru pembukaan 5” “HAaaaH !!!” jam 10 pagi sudah 3, sekarang jam 16.30 baru 5? Sementara 2 menit sekali istriku diseruduk rasa mual yang sakit…

Ya Allah terima kasih kau ingatkan aku untuk lebih berbakti kepada orang tua, Engkau berikan aku kesempatan menyaksikan mukjizatmu melahirkan manusia dari rahim bunda denga sangat payah… pantas saja jika Rosulullah memberikan penghargaan yang luar biasa kepada kaum ibu. Betul-betul tidak terbalas jika seluruh bunga dan bintang aku persembahkan kepada ibu karena telah melahirkan aku ke dunia.

Aku pegang tangan isti yang sedang mengejan, maaf barangkali aku tidak bisa menceritakan bagian ini dengan persis, aku tidak bisa menciptakan kata untuk peristiwa ini. Bagaimana aku melihat wajah istriku yang sedang berjuang hidup dan mati untuk membantu menghidupkan anak kami, bagaimana aku melihat matanya yang sedang menahan sakit tapi tidak boleh menangis, karna kalau menangis akan mengganggu pernafasannya, ya Allah aku bisa membantu apa? Ikut mengerang kah? Ikut mengejan kan? Atau ikut berkeringat kah? Ya Allah selamatkan istriku dan sang generasi…

Anakku sekarang kamu sudah lahir dengan ukuran kurang dari normal hanya 2,4 kg (normal minimal 2,5kg), bundamu masih harus berjuang untuk membesarkanmu dari sisi ukuran. Dan kami sedang mempersiapkanmu menghadapi dunia ini… satu pesan kami “ingatlah aalastu birobbikum, qoluu balaa syahidna.. ingatlah Allah Tuhanmu”

Tidak ada komentar: